Sondag 31 Maart 2013


Biografi Arifin C. Noer

Arifin C. Noer--nama lengkapnya Arifin Chairin Noer--adalah dramawan, penulis sajak, penulis skenario, serta sutradara film dan sinetron. Ia dilahirkan di kota Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret 1941 dan meninggal di Jakarta, 28 Mei 1995. Arifin lahir dari kalangan keluarga sederhana. Orang tuanya hanya penjagal kambing dan ahli memasak daging tersebut menjadi sate dan gulai kambing. Meski demikian, hal itu tidak membuat Arifin menjadi terbelakang dan tertinggal pendidikannya dari teman-teman seangkatannya. 
      Sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama diselesaikan di kota kelahirannya, Cirebon (1957). Setelah menamatkan sekolah lanjutan pertama (1957), ia pergi mengembara ke Surakarta, Jawa Tengah. Di kota itu Arifin masuk ke sekolah lanjutan atas dan mulai belajar kesenian di sana. Ia merasa beruntung dapat berkenalan dengan Sapardi Djoko Damono, Dedy Sutomo, Mochtar Hadi, dan W.S. Rendra. Setamatnya dari sekolah lanjutan atas (1960), ia masih merasa kerasan di kota itu sehingga memilih masuk ke Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Cokroaminoto, Surakarta, hingga tingkat doktoral.
       Dari kota Solo, yang penuh dengan kenangan--karena pertama kali Arifin menikah dengan gadis bernama Nurul Aini pada awal tahun 1960-an--Arifin meneruskan perjalanannya ke kota Yogyakarta. Kota pelajar yang memiliki segudang kebudayaan itu membuat Arifin makin kreatif menulis sajak dan menekuni teater. Pertama kali ia bergabung dengan "Teater Muslim" pimpinan Mohammad Diponegoro dan kemudian bergabung dengan "Bengkel Teater" pimpinan W.S. Rendra. Berawal dari keaktifannya di teater itulah kemudian ia pindah ke Jakarta untuk mendirikan "Teater Kecil" (1968). Teater ini kemudian menjadi ajang kreativitas dan aktivitas Arifin C. Noer dalam mengembangkan dunia kesenian di Indonesia, khususnya seni teater. Teater Kecil juga dimanfaatkan oleh Arifin C. Noer menjadi semacam laboratorium untuk mengembangkan eksperimen-eksperimennya.
      Pada awalnya Arifin berpikir bahwa sebuah kelompok kesenian perlu adanya penyantun dana tetap sehingga kehidupan berteater dapat berjalan terus. Oleh karena itu, ia tidak menolak ketika ditawari pekerjaan di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, sebagai manajer pengelola Balai Bimbingan dan Latihan Kerja. Namun, pekerjaan itu justru membuatnya merasa terpasung dalam berkesenian. Rutinitas sehari-hari dalam bekerja itu membuatnya tidak bebas mengadakan eksperimen kesenian. Padahal, gaji yang diterima Arifin cukup besar apabila dibandingkan dengan honor sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta. Selain itu, ia mendapatkan fasilitas kantor yang cukup mewah, berupa rumah dan mobil. Hanya mampu bertahan selama empat tahun Arifin bekerja sebagai manajer bisnis.
      Setelah melepaskan jabatan strategisnya sebagai manajer bisnis, Arifin berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, USA (1972--1973). Sepulangnya dari Amerika, ia mengembangkan bakat seninya tidak terbatas pada penulisan sajak dan teater. Ia kemudian merambah ke dunia film layar lebar sebagai penulis skenario dan sutradara. Ternyata dunia film membuatnya makin terkenal di berbagai lapisan masyarakat. Uangnya pun makin banyak sehingga dapat menghidupi "Teater Kecil" yang dipimpinnya dan seluruh keluarganya.
      Akhir tahun 1970-an, ia diundang ke sebuah akademi teater di Amerika Serikat untuk menjadi dosen tamu di sana. Pekerjaan ini pun cukup merepotkan dan penuh tantangan baginya karena ia biasa terjun ke lapangan memimpin sebuah pertunjukan. Dunia akademis tidak banyak memberi inspirasi pengembangan kesenian yang digelutinya sehingga pada awal tahun 1980-an ia kembali ke tanah air. Sepulangnya dari luar negeri itu ia ditawari sebagai kepala humas majalah Sarinah. Namun, pekerjaan itu kurang membahagiakan kehidupan batinnya untuk berkesenian. Ia meninggalkan pekerjaannya sebagai kepala humas majalah tersebut dengan segala fasilitasnya.
      Ia mulai menulis sejak duduk di bangku SMA di kota Solo akhir tahun 1950-an. Karya-karyanya tersebar di berbagai penerbitan, surat kabar, dan majalah, antara lain, Indonesia, Sastra, Gelora, Basis, Suara Muhammadiyah, dan Horison. Mula-mula tulisannya berupa sajak curahan perasaan cintanya kepada seorang gadis, Nurul Aini (1963), yang kemudian ternyata menjadi istrinya. Demikian pula naskah lakon yang ditulisnya, misalnya "Prita Istri Kita" (1967) yang kemudian dipersembahkan sebagai mas kawinnya. Kemudian, Arifin menulis sajak dan naskah lakon yang sangat religius, humanis, sosial, dan absurd. Ia juga menulis skenario film dan sinetron serta kritik dan esai drama dan seni pentas yang lain.
·                     Buku kumpulan sajaknya adalah
1.    Nurul Aini (1963),
2.    Siti Aisah (1964),
3.    Puisi-Puisi yang Kehilangan Puisi (1967),
4.    Selamat Pagi, Jajang (1979), dan
5.    Nyanyian Sepi (1995).

·         Buku dramanya adalah
  1. Lampu Neon (1960),
  2. Matahari di Sebuah Djalan Ketjil (1963),
  3. Nenek Tertjinta (1963),
  4.  Prita Istri Kita (1967),
  5.  Mega-Mega (1967),
  6. Sepasang Pengantin (1968),
  7.  Kapai-Kapai (1970),
  8.  Sumur Tanpa Dasar (1971),
  9.  Kasir Kita (1972),
  10. Tengul (1973),
  11.  Orkes Madun I atawa Madekur dan Tarkeni (1974),
  12. Umang-Umang (1976),
  13.  Sondek, Pemuda Pekerja (1979),
  14.  Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi I (1984),
  15.  Ari-Ari atawa Interograsi II (1986), dan
  16. Ozon atawa Orkes Madun IV (1989).

      Selain itu, ia juga menyutradarai banyak film dan sinetron serta menulis skenarionya, antara lain, (1) "Pemberang" (1972), (2) "Rio Anakku" (1973), (3) "Melawan Badai" (1974), (4) "Petualang-Petualang" (1974), (5) "Suci Sang Primadona" (1978), (6) "Harmoniku" (1979), (7) "Lingkaran-Lingkaran" (1980), (8) "Serangan Fajar" (1981), (9) "Pengkhianatan G.30 S/PKI" (1983), (10) "Matahari-Matahari" (1985), (11) "Sumur Tanpa Dasar" (1989), (12) "Taksi" (1990), dan (13) "Keris" (1995). Karena film dan sinetron garapannya itu, Arifin C. Noer dapat menyabet piala The Golden Harvest pada Festival Film Asia (1972), piala Citra dalam Festival Film Indonesia (1973, 1974, 1990), dan piala Vidia dalam Fistival Sinetron Indonesia (1995). Film garapannya yang mendapat penghargaan terbesar selama pemerintahan Orde Baru adalah "Pengkhianatan G.30.S/PKI" yang dibintangi Umar Kayam. Film ini selalu diputar setiap tahun melalui TVRI dalam memperingati "Hari Kesaktian Pancasila" dan baru diberhentikan setelah pemerintahan Orde Baru tumbang.
      Sebagai sastrawan yang unggul dan kreatif, ia juga sering mendapat hadiah sastra, antara lain, (1) Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Lakon dari Teater Muslim, Yogyakarta (1963) atas karyanya "Matahari di Sebuah Djalan Ketjil" dan "Nenek Tertjinta", (2) Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1972) atas jasanya dalam mengembangkan kesenian di Indonesia, (3) Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand (1990) atas karyanya Ozon, dan (4) Hadiah Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990). Dramanya Kapai-Kapai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling dengan judul Moths dan diterbitkan di Kuala Lumpur, Malaysia.
     Sejumlah pengamat dan peneliti sastra telah menulis tentang Arifin C. Noer atau karya-karya yang dihasilkannya, antara lain, (1) Goenawan Mohamad dalam bukunya Seks, Sastra, Kita (1980) berjudul "Sebuah Pembelaan untuk Teater Indonesia Mutakhir", (2) Taufik Ismail dalam Horison Nomor 6 Tahun I, Desember 1966, "Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi", (3) Korrie Layun Rampan dalam bukunya Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik (1985, Yayasan Arus), (4) Abdul Hadi W.M. dalam buku Ozone dan Berita Buana (1989) sebagai pengantar pementasan drama Ozone karya Arifin C. Noer, (5) Jamal D. Rahman dalam Lembar Mastera No. 2/ Januari 2000, sisipan majalah sastra Horison, Dewan Sastera (Malaysia), dan Bahana (Brunei Darussalam) dengan esainya "Sumur Tanpa Dasar: Pergulatan Absurditas", dan (6) Sudiro Satoto yang mulai menulis tentangnya dari tahun 1978 sampai 1998.
      Sudiro Satoto adalah penulis dan peneliti spesialis karya-karya Arifin C. Noer--dari laporan penelitian dalam penataran sastra, penelitian mandiri, makalah seminar dan simposium, kritik dan esai dalam majalah dan jurnal, hingga disertasi--antara lain, (1) "Simbolisme Drama Kapai-Kapai Karya Arifin C. Noer" (1978), (2) Simbolisme Drama Kapai-Kapai Karya Arifin C. Noer: Fungsi dan Maknanya sebagai Binaan Struktur dan Tekstur" (1979), (3) "Manusia Underdogs di Balik Trilogi Drama Arifin C. Noer" (1980), (4) "Mega-Mega Karya Arifin C. Noer: Sebuah Drama Simbolis" (1981), (5) "Drama Tengul Karya Arifin C. Noer: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra" (1982), (6) "Orkes Madun 2A atawa Umang-Umang Karya Arifin C. Noer: Garapan dan Kemungkinan Penyudradarannya" (1984), (7) "Dalam Bayangan Tuhan atawa Interogasi I Karya Arifin C. Noer: Sebuah Perjalanan Panjang Mencari Keselarasan, Keserasian, dan Keseimbangan " (1985), (8) "Simbolisme Drama Orkes Madun 2A atawa Umang-Umang Karya Arifin C. Noer" (1990), (9) Proses Kreatif Drama Ozone atawa Orkes Madun IV Karya Arifin C. Noer: Telaah Struktur dan Tekstur" (1991), (10) "Simbolisme Drama Ari-Ari atawa Interogasi Nomor 2 Karya Arifin C. Noer" (1992), (11) "Analisis Tokoh dan Penokohan Drama Madekur dan Tarkeni atawa Orkes Madun Bagian Satu Karya Arifin C. Noer" (1997), dan (12) "Tokoh dan Penokohan dalam Caturlogi Drama Orkes Madun Karya Arifin C. Noer" (disertasi doktor Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998).

1 opmerking:

  1. titanium dab nail - Titanium-Arts.com
    What's the difference titanium hair dye between titanium dab nail and the other nail nail art What is titanium pry bar the difference between titanium titanium cross necklace dab nail and the ford edge titanium 2021 other nail titanium cerakote art

    AntwoordVee uit