Biografi Arifin C. Noer
Arifin
C. Noer--nama lengkapnya Arifin Chairin Noer--adalah dramawan, penulis sajak,
penulis skenario, serta sutradara film dan sinetron. Ia dilahirkan di kota
Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret 1941 dan meninggal di Jakarta, 28 Mei 1995.
Arifin lahir dari kalangan keluarga sederhana. Orang tuanya hanya penjagal
kambing dan ahli memasak daging tersebut menjadi sate dan gulai kambing. Meski
demikian, hal itu tidak membuat Arifin menjadi terbelakang dan tertinggal
pendidikannya dari teman-teman seangkatannya.
Sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama diselesaikan di kota kelahirannya,
Cirebon (1957). Setelah menamatkan sekolah lanjutan pertama (1957), ia pergi
mengembara ke Surakarta, Jawa Tengah. Di kota itu Arifin masuk ke sekolah
lanjutan atas dan mulai belajar kesenian di sana. Ia merasa beruntung dapat
berkenalan dengan Sapardi Djoko Damono, Dedy Sutomo, Mochtar Hadi, dan W.S.
Rendra. Setamatnya dari sekolah lanjutan atas (1960), ia masih merasa kerasan
di kota itu sehingga memilih masuk ke Jurusan Administrasi Negara, Fakultas
Sosial dan Politik, Universitas Cokroaminoto, Surakarta, hingga tingkat
doktoral.
Dari kota Solo, yang penuh dengan kenangan--karena pertama kali Arifin menikah
dengan gadis bernama Nurul Aini pada awal tahun 1960-an--Arifin meneruskan
perjalanannya ke kota Yogyakarta. Kota pelajar yang memiliki segudang
kebudayaan itu membuat Arifin makin kreatif menulis sajak dan menekuni teater.
Pertama kali ia bergabung dengan "Teater Muslim" pimpinan Mohammad Diponegoro
dan kemudian bergabung dengan "Bengkel Teater" pimpinan W.S. Rendra.
Berawal dari keaktifannya di teater itulah kemudian ia pindah ke Jakarta untuk
mendirikan "Teater Kecil" (1968). Teater ini kemudian menjadi ajang
kreativitas dan aktivitas Arifin C. Noer dalam mengembangkan dunia kesenian di
Indonesia, khususnya seni teater. Teater Kecil juga dimanfaatkan oleh Arifin C.
Noer menjadi semacam laboratorium untuk mengembangkan eksperimen-eksperimennya.
Pada awalnya Arifin berpikir bahwa sebuah kelompok kesenian perlu adanya
penyantun dana tetap sehingga kehidupan berteater dapat berjalan terus. Oleh
karena itu, ia tidak menolak ketika ditawari pekerjaan di Kawasan Industri
Pulogadung, Jakarta Timur, sebagai manajer pengelola Balai Bimbingan dan Latihan
Kerja. Namun, pekerjaan itu justru membuatnya merasa terpasung dalam
berkesenian. Rutinitas sehari-hari dalam bekerja itu membuatnya tidak bebas
mengadakan eksperimen kesenian. Padahal, gaji yang diterima Arifin cukup besar
apabila dibandingkan dengan honor sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta. Selain
itu, ia mendapatkan fasilitas kantor yang cukup mewah, berupa rumah dan mobil.
Hanya mampu bertahan selama empat tahun Arifin bekerja sebagai manajer bisnis.
Setelah melepaskan jabatan strategisnya sebagai manajer bisnis, Arifin
berangkat ke Amerika Serikat untuk mengikuti International Writing Program di
Universitas Iowa, Iowa City, USA (1972--1973). Sepulangnya dari Amerika, ia
mengembangkan bakat seninya tidak terbatas pada penulisan sajak dan teater. Ia
kemudian merambah ke dunia film layar lebar sebagai penulis skenario dan
sutradara. Ternyata dunia film membuatnya makin terkenal di berbagai lapisan
masyarakat. Uangnya pun makin banyak sehingga dapat menghidupi "Teater
Kecil" yang dipimpinnya dan seluruh keluarganya.
Akhir tahun 1970-an, ia diundang ke sebuah akademi teater di Amerika Serikat
untuk menjadi dosen tamu di sana. Pekerjaan ini pun cukup merepotkan dan penuh
tantangan baginya karena ia biasa terjun ke lapangan memimpin sebuah pertunjukan.
Dunia akademis tidak banyak memberi inspirasi pengembangan kesenian yang
digelutinya sehingga pada awal tahun 1980-an ia kembali ke tanah air.
Sepulangnya dari luar negeri itu ia ditawari sebagai kepala humas majalah
Sarinah. Namun, pekerjaan itu kurang membahagiakan kehidupan batinnya untuk
berkesenian. Ia meninggalkan pekerjaannya sebagai kepala humas majalah tersebut
dengan segala fasilitasnya.
Ia mulai menulis sejak duduk di bangku SMA di kota Solo akhir tahun 1950-an.
Karya-karyanya tersebar di berbagai penerbitan, surat kabar, dan majalah,
antara lain, Indonesia, Sastra, Gelora, Basis, Suara Muhammadiyah, dan Horison.
Mula-mula tulisannya berupa sajak curahan perasaan cintanya kepada seorang
gadis, Nurul Aini (1963), yang kemudian ternyata menjadi istrinya. Demikian
pula naskah lakon yang ditulisnya, misalnya "Prita Istri Kita" (1967)
yang kemudian dipersembahkan sebagai mas kawinnya. Kemudian, Arifin menulis
sajak dan naskah lakon yang sangat religius, humanis, sosial, dan absurd. Ia
juga menulis skenario film dan sinetron serta kritik dan esai drama dan seni
pentas yang lain.
·
Buku kumpulan sajaknya adalah
1.
Nurul Aini (1963),
2.
Siti Aisah (1964),
3.
Puisi-Puisi yang Kehilangan Puisi (1967),
4.
Selamat Pagi, Jajang (1979), dan
5.
Nyanyian Sepi (1995).
·
Buku dramanya adalah
- Lampu Neon (1960),
- Matahari di Sebuah Djalan Ketjil (1963),
- Nenek Tertjinta (1963),
- Prita Istri
Kita (1967),
- Mega-Mega
(1967),
- Sepasang Pengantin (1968),
- Kapai-Kapai
(1970),
- Sumur Tanpa
Dasar (1971),
- Kasir Kita (1972),
- Tengul (1973),
- Orkes Madun I
atawa Madekur dan Tarkeni (1974),
- Umang-Umang (1976),
- Sondek,
Pemuda Pekerja (1979),
- Dalam
Bayangan Tuhan atawa Interogasi I (1984),
- Ari-Ari atawa
Interograsi II (1986), dan
- Ozon atawa Orkes Madun IV (1989).
Selain itu, ia juga menyutradarai banyak film dan sinetron serta menulis
skenarionya, antara lain, (1) "Pemberang" (1972), (2) "Rio
Anakku" (1973), (3) "Melawan Badai" (1974), (4)
"Petualang-Petualang" (1974), (5) "Suci Sang Primadona"
(1978), (6) "Harmoniku" (1979), (7) "Lingkaran-Lingkaran"
(1980), (8) "Serangan Fajar" (1981), (9) "Pengkhianatan G.30
S/PKI" (1983), (10) "Matahari-Matahari" (1985), (11) "Sumur
Tanpa Dasar" (1989), (12) "Taksi" (1990), dan (13)
"Keris" (1995). Karena film dan sinetron garapannya itu, Arifin C.
Noer dapat menyabet piala The Golden Harvest pada Festival Film Asia (1972),
piala Citra dalam Festival Film Indonesia (1973, 1974, 1990), dan piala Vidia
dalam Fistival Sinetron Indonesia (1995). Film garapannya yang mendapat penghargaan
terbesar selama pemerintahan Orde Baru adalah "Pengkhianatan
G.30.S/PKI" yang dibintangi Umar Kayam. Film ini selalu diputar setiap
tahun melalui TVRI dalam memperingati "Hari Kesaktian Pancasila" dan
baru diberhentikan setelah pemerintahan Orde Baru tumbang.
Sebagai sastrawan yang unggul dan kreatif, ia juga sering mendapat hadiah
sastra, antara lain, (1) Pemenang Sayembara Penulisan Naskah Lakon dari Teater
Muslim, Yogyakarta (1963) atas karyanya "Matahari di Sebuah Djalan
Ketjil" dan "Nenek Tertjinta", (2) Anugerah Seni dari Pemerintah
Republik Indonesia (1972) atas jasanya dalam mengembangkan kesenian di
Indonesia, (3) Hadiah Sastra ASEAN dari Putra Mahkota Thailand (1990) atas
karyanya Ozon, dan (4) Hadiah Sastra dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa (1990). Dramanya Kapai-Kapai diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh
Harry Aveling dengan judul Moths dan diterbitkan di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sejumlah pengamat dan peneliti sastra telah menulis tentang Arifin C. Noer atau
karya-karya yang dihasilkannya, antara lain, (1) Goenawan Mohamad dalam bukunya
Seks, Sastra, Kita (1980) berjudul "Sebuah Pembelaan untuk Teater
Indonesia Mutakhir", (2) Taufik Ismail dalam Horison Nomor 6 Tahun I,
Desember 1966, "Puisi-puisi yang Kehilangan Puisi", (3) Korrie Layun
Rampan dalam bukunya Puisi Indonesia Hari Ini: Sebuah Kritik (1985, Yayasan
Arus), (4) Abdul Hadi W.M. dalam buku Ozone dan Berita Buana (1989) sebagai
pengantar pementasan drama Ozone karya Arifin C. Noer, (5) Jamal D. Rahman dalam
Lembar Mastera No. 2/ Januari 2000, sisipan majalah sastra Horison, Dewan
Sastera (Malaysia), dan Bahana (Brunei Darussalam) dengan esainya "Sumur
Tanpa Dasar: Pergulatan Absurditas", dan (6) Sudiro Satoto yang mulai
menulis tentangnya dari tahun 1978 sampai 1998.
Sudiro Satoto adalah penulis dan peneliti spesialis karya-karya Arifin C.
Noer--dari laporan penelitian dalam penataran sastra, penelitian mandiri,
makalah seminar dan simposium, kritik dan esai dalam majalah dan jurnal, hingga
disertasi--antara lain, (1) "Simbolisme Drama Kapai-Kapai Karya Arifin C.
Noer" (1978), (2) Simbolisme Drama Kapai-Kapai Karya Arifin C. Noer:
Fungsi dan Maknanya sebagai Binaan Struktur dan Tekstur" (1979), (3)
"Manusia Underdogs di Balik Trilogi Drama Arifin C. Noer" (1980), (4)
"Mega-Mega Karya Arifin C. Noer: Sebuah Drama Simbolis" (1981), (5)
"Drama Tengul Karya Arifin C. Noer: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra"
(1982), (6) "Orkes Madun 2A atawa Umang-Umang Karya Arifin C. Noer: Garapan
dan Kemungkinan Penyudradarannya" (1984), (7) "Dalam Bayangan Tuhan
atawa Interogasi I Karya Arifin C. Noer: Sebuah Perjalanan Panjang Mencari
Keselarasan, Keserasian, dan Keseimbangan " (1985), (8) "Simbolisme
Drama Orkes Madun 2A atawa Umang-Umang Karya Arifin C. Noer" (1990), (9)
Proses Kreatif Drama Ozone atawa Orkes Madun IV Karya Arifin C. Noer: Telaah
Struktur dan Tekstur" (1991), (10) "Simbolisme Drama Ari-Ari atawa
Interogasi Nomor 2 Karya Arifin C. Noer" (1992), (11) "Analisis Tokoh
dan Penokohan Drama Madekur dan Tarkeni atawa Orkes Madun Bagian Satu Karya
Arifin C. Noer" (1997), dan (12) "Tokoh dan Penokohan dalam Caturlogi
Drama Orkes Madun Karya Arifin C. Noer" (disertasi doktor Program
Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998).
titanium dab nail - Titanium-Arts.com
AntwoordVee uitWhat's the difference titanium hair dye between titanium dab nail and the other nail nail art What is titanium pry bar the difference between titanium titanium cross necklace dab nail and the ford edge titanium 2021 other nail titanium cerakote art